BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

adsene camd

Tuesday 1 March 2016

Tafsir Basmalah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Kata Bismi
Lafadz bismi dalam kalimat Basmalah merupakan gabungan dari dua kata, yaitu bii dan ismuu. Ba’atau (dibaca bi) yang diartikan “dengan” mengandung satu kalimat yaitu memulai, sehingga bismillah berarti, kami/saya memulai sebuah pekerjaan (membaca al-fatihah) dengan nama Allah.
Penulisan kata “bismi” dalam basmalah tidak menggunakan huruf “alif”, berbeda dengan kata yang sama pada suroh Iqra’, yang tertulis dengan tata cara penulisan baku yakni menggunakan huruf alif. Pakar tafsir al-qurthubi berpendapat bahwa penulisan tanpa huruf Alif pada Basmalah adalah karena pertimbangan praktis semata-mata. Dalam artian kalimat ini sudah dikenal (populer) dikalangan orang arab masa dulu, sehingga untuk mempersingkat tulisan maka ditulis tanpa Alif. Namun tidak menghilangkan maksud dari kata bismi itu sendiri.
Rasyad Khalifah berpendapat bahwa ditanggalkannya huruf “alif” pada lafadz bismi, agar jumlah huruf-huruf ayat ini menjadi sembilan belas huruf, tidak dua puluh. Hal ini karena 19 mempunyai rahasia yang berkaitan dengan al-Qur’an. Dengan kata lain, jika alif tetap di pasang dalam kalimat Basmalah, maka akan merusak terhadap rahasia-rahasia yang berkaitan dengan Al-Quran tersebut. 
Pada dasarnya Alquran turun dengan membawa perspektif baru untuk mengubah pandangan orang arab masa dulu. Yaitu dengan cara memberikan suatu hal yang telah dikenal namun memberikan konsep yang berbeda dari apa yang telah mereka pahami sebelumnya.

Kata Allah
Lafadz Allah merupakan kata yang sudah dikenal dan sering dijadikan bahan omongan (sumpah) masyarakat masa dulu, seperti Abu Sofyan, Abu Jahal dll. Contoh, ketika raja Abrahah mengambil unta milik Abdul Muthallib, dia melaknatnya dengan memakai bahasa “wallahi, Engkau dilaknat oleh Allah”. Dan bukti berikutnya yaitu nama ayah nabi Muhammad yang menggunaan kata Allah yaitu “Abdullah”. (bukti historis).
Allah berfirman “ Dan jika engkau bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan? Pasti mereka akan menjawab, Allah” (QS Al-Ankabut 61). (bukti ayat).
Konsepsi masyarakat tentang tuhan pada saat itu adalah bahwa mereka mempercayai Allah sebagai tuhan, namun mereka juga mempercayai adanya sekutu dan tandingan-tandingan (tuhan kecil) selain Allah. “ dan mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah” (QS. Ar-Ra’d: 33).  Mereka mempercayai adanya tuhan kecil seperti Latta, Uzza, Manaf dan lainnya semata-mata sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah. “kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” (QS Az-Zumar: 3).
Hal ini berkaitan erat dengan Syahadah orang islam yaitu: “laa ilaaha illa Allah”. Kata ilah yang pertama merupakan tuhan-tuhan kecil (kepercayaan masyarakat arab  dulu tentang konsep tuhan) yang seringkali dijadikan alasan sebagai mediator mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan ilah (Allah) yang berikutnya adalah tuhan yang sebenarnya (hakiki).
Dengan konsepsi ketuhanan seperti ini, maka Allah mengatakan secara tegas sebagai bantahan tehadap konsep tersebut “ katakanlah (Muhammad), Dialah Allah yang Esa” (QS Al-Ikhlas 1). Maka sangat tepat jika surah tersebut diberi nama Al-Ikhlas (memurnikan) dengan tujuan memurnikan  Tuhan (Allah) dari tuhan-tuhan kecil. Di dalam surah lain: “ dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang Esa” (QS. Al-Baqarah 163).
Kemudian Al-Quran memberikan konsepsi baru tentang tuhan yaitu:

Kata Ar-Rahman
Konsep Ar-Rahman berbeda dengan konsep Allah. Masyarakat Arab dulu tidak mengenal kata tersebut sama sekali. Dan apabila dikatakan kepada mereka, sujudlah kepada yang maha pengasih itu? Mereka menjawab: Siapakah yang maha pengasih itu? (QS Al-Furqan 60).
Bukti historis yang meunjukkan bahwa masyarakat Arab dulu belum mengenal kata Ar-Rahman yaitu ketika perjanjian Hudaibiyah.
Berawal dari mimpi Rasulullah yang melihat dirinya bersama para sahabat memasuki masjidil haram, mengambil kunci ka’bah, melaksanakan thawaf dan umrah. Terilhami dari mimpi tersebut Rasulullah bersama para sahabat yang berjumlah 1400-1500 orang berangkat ke mekkah tanpa membawa senjata, tujuan mereka adalah thawaf dan umroh. Di lembah hudaibiyah, niat tersebut dihalangi oleh kafir Quraisy. Saya tidak akan bercerita tentang peristiwanya, langsung kepada proses penulisan perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dengan kaum kafir quraisy yang diwakili oleh suhail.
Ketika telah  disepakati butir-butir perjanjian antara Rasulullah dan kafir quraisy, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib ra untuk menulis butir-butir perjanjian tersebut dan beliau sendiri yang mendiktekannya.
Ketika Rasulullah mendikte kepada Ali kalimat “Bismillahir rahmanir rahim”. Suhail langsung menyela “tentang Ar-Rahman, demi Allah aku tidak tahu siapa dia. Karena itu, tulislah ‘Bismika Allahumma”. Kemudian nabi menyetujui dan menggantinya mengikuti permintaan suhail.
Kemudian Rasulullah kembali memerintahkan Ali menulis kalimat “ini adalah perjanjian yang ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah (utusan Allah)”. Suhail kembali menyela, “kalau kami mengakui bahwa engkau adalah Rasulullah (utusan Allah), tentu kami tidak akan menghalangimu untuk memasuki masjidil haram, kami juga tidak akan memerangimu. Tapi tulislah “Muhammad bin Abdullah”.
Nama Abdurrahman bin Auf, secara kata nama ini bisa melemahkan kepada anggapan bahwa kata Arrahman belum pernah dikenal oleh masyarakat Arab masa itu. Namun justru sebaliknya menguatkan bahwa masyarakat belum pernah mengenal kata Ar-Rahman. Abdurrahman bin Auf memiliki nama asli Abu Amru, yang berarti pelayannya amru Beliau lahir pada tahun ke-10 Tahun Gajah, yangberarti 10 tahun lebih muda daripada Rasulullah SAW. Beliau dipanggil Abdur-rahman oleh Rasulullah SAW setelah beliau masuk islam. Dalam artian nama Abdurrahman dia dapat setelah dia masuk Islam.


Ar-Rahman ar-Rahim
Kata Ar-Rahman dan Ar-rahim berakar dari kata rahim yang berarti rahmat. Ar-rahman digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmat-Nya. Hal ini berarti semua makhluk yang ada dimuka bumi ini mendapat rahmat, baik itu manusia, hewan, tumbuhan. Dari kalangan islam, yahudi, nashrani atau lainnya dengan tanpa susah payah mendapatkannya.

Sedang dengan ar-Rahim dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat rahmat yang melekat pada diri-Nya. Hal ini bisa diartikan bahwasanya rahim Allah hanya diberikan kepada sesuatu dan tempat yang kekal yaitu di akhirat kelak. Dengan  melakukan usaha-usaha sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah. sifat Rahim ini dierikan kepada orang-orang yang bertaqwa (beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, dan orang-orang yang berinfaq QS Albaqarah: 3 ).

No comments:

Post a Comment

Baca Juga