BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

adsene camd

Sunday 13 March 2016

Mendamba Pemimpin Mandataris

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Oleh : Ulul hidayat
Dalam kancah internasional, Indonesia diakui sebagai salah satu Negara yang berpengaruh di dunia. Dengan  jumlah masyarakat mencapai 244,814.9 juta jiwa (data statistik-Indonesia 2014) serta sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah tentu tidak sulit untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa. Namun, hingga saat ini, dengan kekayaan yang ada belum ada bukti konkrit bahwa Indonesia mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Mengapa demikian?
Problema-problema yang menjadi penghambat kesejahteraan rakyat hingga kini masih hangat diperbincangkan. Solusi yang kontroversial masih menjadi pokok bahasan oleh pemerintah.  Tak terkecuali pemerintahanan yang sekarang yaitu Jokowi-JK.
Tahun demi tahun, problema yang melanda bumi pertiwi ini tak kunjung usai. Belum selesai satu muncul yang satu lagi dan begitu seterusnya. Seakan banjir masalah tak henti-hentinya merendam Negara. Mulai dari bencana alam yang berakibat pada rusaknya infrastruktur membuat kegiatan masyarakat terganggu. Kasus narkoba yang melibatkan para artis terkemuka yang membuat masyarakat resah.  Pergulatan politik yang kian memanas, perseteruan antara dua penegak hukum yaitu KPK-Polri, Ahok DPRD dan lainnya.
Hal seperti inilah yang hingga kini membuat negara bhinneka tunggal ika ini tertinggal jauh dari negara lain. Negara yang melimpah akan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) belum mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi seluruh rakyatnya.
Terlepas dari itu, ada hal fundamental pemicu mundurnya negara ini yaitu pemimpin bangsa. Mengapa demikian. Contoh kongkrit dari dua periode kepemimpinan SBY (2004-2014), seharusnya telah memberikan perubahan yang signifikan bagi Indonesia namun realitanya tidak demikian. Belum lama pemerintahan baru sejak presiden terpilih Joko widodo dilantik, belum juga menuai hasil.

Pemimpin Negeri Ini
Sebagai rakyat Indonesia, terkadang kita merasa terbelenggu di negeri sendiri. Mengapa tidak, seolah kita dijanjikan kesejahteraan namun tak jarang diberi harapan palsu sebab beban bangsa yang begitu komplit yang tidak ditopang oleh kemajuan disektor lainnya. Indonesia dalam realitanya merupakan negara yang makmur dengan segala potensi alam serta sumber daya manusia yang dimiliki. Namun, semuanya bertimbang terbalik ketika kekayaan itu tidak terkelola dengan baik.
Dewasa ini, sulit atau bahkan tidak ada sosok pemimpin yang berfikir untuk memperjuangkan nasib rakyat. Yang kita ketahui bersama, lebih banyak pemimpin yang hanya berjuang saat perebutan kekuasaan, mengumbar janji-janji manis, slogan dan teriakan saja. Tapi ketika perebutan kekuasaan telah berhasil dimenangkan semuanya sunyi senyap. Hingga akhirnya, mereka lebih senang mengurus diri sendiri dan keluarga dari pada mengurus rakyat yang telah memberinya mandat yang sangat besar. Begitulah realita prinsip-prinsip pemimpin negeri ini.
Menjadi pemimpin yang ideal bukan hanya identik dengan seberapa besar kemampuan memberikan kesenangan kepada seluruh elemen negara, di satu waktu pemimpin harus menjadi dokter dengan menyembuhkan penyakit-penyakit yang mewabah   dalam elemen negara, bukan hanya menambah kronis sistem tata negara.  
Setiap hari kita selalu disuguhi perbuatan tidak bertanggung jawab pemimpin bangsa ini seperti kasus korupsi, penyuapan, narkoba, dan perselisihan antar pemimpin yang tidak layak dipertontonkan kepada masyarakat , Itu jelas membuktikan bahwa pemimpin negeri masih belum beres.
Pada bulan Januari 2014 Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat sebanyak 318 orang dari total 524 orang kepala daerah dan wakil kepala daerah tersangkut dengan kasus korupsi. (INDOPOS, Sabtu (15/2)). Para pemimpin daerah yang seperti itu jauh dari kriteria pemimpin ideal yang seharusnya bersih dari korupsi, berintegritas, berkharisma dan bekerja memperjuangkan hak rakyat. Pemimpin seharusnya menjadi  wakil rakyat bukan malah memakan hak rakyat.
Sebagai rakyat, kita mendambakan sosok pemimpin bangsa yang bisa menjaga mandat rakyat, menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan konstitusi yang telah ada sebagai patokan hukum tertinggi. Pemimpin yang berkarakter, bervisi revolusioner, berkomitmen tinggi, berkepribadian yang baik, dan menjadi suri tauladan bagi keluarga maupun bagi rakyatnya.
Untuk menghadapi masalah zaman yang semakin bervariasi dan mulai bergeser baik karena dampak globalisasi, sivilisasi maupun karena mentalitas yang ornamental maka Indonesia membutuhkan pemimpin bangsa yang mampu menjalankan roda pemerintahan yang berdedikasi untuk memajukan bangsa, mampu menyelenggarakan kekuasaan sebagai mandat dari rakyat agar tidak menggunakaan wewenang seenaknya sendiri, atau orang Jawa bilang sak karepe dewek yang hanya menguntungkan diri sendiri dan keluarga.
            ”Negara yang rakyatnya hanya tahu menerima perintah dan tidak pernah turut memperhatikan atau mengatur pemerintahan negerinya, (berarti) tidak memiliki kemauan dan tidak melakukan kemauan itu dengan rasa tanggung jawab penuh.” Kata Bung Hatta.
Sebagai negara hukum, sepantasnya bangsa ini dipimpin oleh orang yang mengerti hukum. Memecahkan masalah sesuai hukum (konstitusi) dengan tidak terintervensi oleh pihak-pihak manapun yang tidak bertanggung jawab bukan malah mendengarkan ocehan-ocehan kosong dari pihak-pihak tertentu. Siapapun pemimpin bangsa semoga selalu patuh terhadap konstitusi yang ada demi kesejahteraan rakyat. Wallahu aWallahu alam bi al-shawab .



1 comment:

Baca Juga