Oleh : Ulul hidayat
Dalam kancah internasional,
Indonesia diakui sebagai salah satu Negara yang berpengaruh di dunia. Dengan jumlah masyarakat mencapai 244,814.9 juta jiwa
(data statistik-Indonesia 2014) serta sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah
tentu tidak sulit untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa. Namun, hingga saat ini,
dengan kekayaan yang ada belum ada bukti konkrit bahwa Indonesia mampu
memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Mengapa demikian?
Problema-problema yang
menjadi penghambat kesejahteraan rakyat hingga kini masih hangat
diperbincangkan. Solusi yang kontroversial masih menjadi pokok bahasan oleh
pemerintah. Tak terkecuali
pemerintahanan yang sekarang yaitu Jokowi-JK.
Tahun demi tahun, problema
yang melanda bumi pertiwi ini tak kunjung usai. Belum selesai satu muncul yang
satu lagi dan begitu seterusnya. Seakan banjir masalah tak henti-hentinya
merendam Negara. Mulai dari bencana alam yang berakibat pada rusaknya
infrastruktur membuat kegiatan masyarakat terganggu. Kasus narkoba yang
melibatkan para artis terkemuka yang membuat masyarakat resah. Pergulatan politik yang kian memanas, perseteruan
antara dua penegak hukum yaitu KPK-Polri, Ahok DPRD dan lainnya.
Hal seperti inilah yang
hingga kini membuat negara bhinneka tunggal ika ini tertinggal jauh dari negara
lain. Negara yang melimpah akan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam
(SDA) belum mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi seluruh
rakyatnya.
Terlepas dari itu, ada hal
fundamental pemicu mundurnya negara ini yaitu pemimpin bangsa. Mengapa
demikian. Contoh kongkrit dari dua periode kepemimpinan SBY (2004-2014), seharusnya
telah memberikan perubahan yang signifikan bagi Indonesia namun realitanya
tidak demikian. Belum lama pemerintahan baru sejak presiden terpilih Joko
widodo dilantik, belum juga menuai hasil.
Pemimpin
Negeri Ini
Sebagai rakyat Indonesia,
terkadang kita merasa terbelenggu di negeri sendiri. Mengapa tidak, seolah kita
dijanjikan kesejahteraan namun tak jarang diberi harapan palsu sebab beban
bangsa yang begitu komplit yang tidak ditopang oleh kemajuan disektor lainnya.
Indonesia dalam realitanya merupakan negara yang makmur dengan segala potensi
alam serta sumber daya manusia yang dimiliki. Namun, semuanya bertimbang
terbalik ketika kekayaan itu tidak terkelola dengan baik.
Dewasa ini, sulit atau
bahkan tidak ada sosok pemimpin yang berfikir untuk memperjuangkan nasib
rakyat. Yang kita ketahui bersama, lebih banyak pemimpin yang hanya berjuang
saat perebutan kekuasaan, mengumbar janji-janji manis, slogan dan teriakan
saja. Tapi ketika perebutan kekuasaan telah berhasil dimenangkan semuanya sunyi
senyap. Hingga akhirnya, mereka lebih senang mengurus diri sendiri dan keluarga
dari pada mengurus rakyat yang telah memberinya mandat yang sangat besar.
Begitulah realita prinsip-prinsip pemimpin negeri ini.
Menjadi pemimpin yang ideal
bukan hanya identik dengan seberapa besar kemampuan memberikan kesenangan
kepada seluruh elemen negara, di satu waktu pemimpin harus menjadi dokter
dengan menyembuhkan penyakit-penyakit yang mewabah dalam elemen negara, bukan hanya menambah
kronis sistem tata negara.
Setiap hari kita selalu
disuguhi perbuatan tidak bertanggung jawab pemimpin bangsa ini seperti kasus
korupsi, penyuapan, narkoba, dan perselisihan antar pemimpin yang tidak layak
dipertontonkan kepada masyarakat , Itu jelas membuktikan bahwa pemimpin negeri
masih belum beres.
Pada bulan
Januari 2014 Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat sebanyak 318 orang
dari total 524 orang kepala daerah dan wakil kepala daerah tersangkut dengan
kasus korupsi. (INDOPOS, Sabtu (15/2)).
Para pemimpin
daerah yang seperti itu jauh dari kriteria pemimpin ideal yang seharusnya
bersih dari korupsi, berintegritas, berkharisma dan bekerja memperjuangkan hak
rakyat. Pemimpin seharusnya menjadi wakil rakyat bukan malah memakan hak
rakyat.
Sebagai rakyat, kita
mendambakan sosok pemimpin bangsa yang bisa menjaga mandat rakyat, menjalankan
roda pemerintahan sesuai dengan konstitusi yang telah ada sebagai patokan hukum
tertinggi. Pemimpin yang berkarakter, bervisi revolusioner, berkomitmen tinggi,
berkepribadian yang baik, dan menjadi suri tauladan bagi keluarga maupun bagi
rakyatnya.
Untuk menghadapi masalah
zaman yang semakin bervariasi dan mulai bergeser baik karena dampak
globalisasi, sivilisasi maupun karena mentalitas yang ornamental maka Indonesia
membutuhkan pemimpin bangsa yang mampu menjalankan roda pemerintahan yang
berdedikasi untuk memajukan bangsa, mampu menyelenggarakan kekuasaan sebagai
mandat dari rakyat agar tidak menggunakaan wewenang seenaknya sendiri, atau
orang Jawa bilang sak karepe dewek yang
hanya menguntungkan diri sendiri dan keluarga.
”Negara yang rakyatnya hanya tahu menerima perintah dan tidak pernah turut
memperhatikan atau mengatur pemerintahan negerinya, (berarti) tidak memiliki
kemauan dan tidak melakukan kemauan itu dengan rasa tanggung jawab penuh.” Kata
Bung Hatta.
Sebagai negara hukum,
sepantasnya bangsa ini dipimpin oleh orang yang mengerti hukum. Memecahkan
masalah sesuai hukum (konstitusi) dengan tidak terintervensi oleh pihak-pihak
manapun yang tidak bertanggung jawab bukan malah mendengarkan ocehan-ocehan
kosong dari pihak-pihak tertentu. Siapapun pemimpin bangsa semoga selalu patuh
terhadap konstitusi yang ada demi kesejahteraan rakyat. Wallahu aWallahu alam bi al-shawab .
Gooddd
ReplyDelete