Poros Mahasiswa
Sejak Indonesia dilanda krisis
ekonomi yang berkepanjangan, perekonomian rakyat selalu menjadi persoalan
penting di Indonesia yang hingga kini belum ditemukan titik terangnya. Oleh
karena itu, persoalan yang selalu muncul adalah bagaimana cara menyelesaikan
krisis yang tak kunjung usai ini. Salah satu jawabannya adalah menggiatkan
sektor riil masyarakat. Perekonomian rakyat merupakan sistem perekonomian yang tahan
banting dan tangguh terhadap benturan krisis. Akan tetapi, kehadirannya tidak
pernah mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh.
Dengan
sifat ekonomi kerakyatan tersebut, jika dianalisa lebih mendalam, maka dapat
menjadi soko guru atau tiang penyanggah ekonomi Indonesia yang semakin
baik. Lembaga apakah yang dapat mengakses mekanisme perekonomian rakyat
tersebut? jika hal ini dilakukan, maka dianggap perlu adanya lembaga yang dapat
mengakomodasi antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki
dana. Dana atau modal inilah yang digunakan untuk menggiatkan sektor riil atau
ekonomi rakyat tersebut.
Dalam kondisi yang demikian, BMT sebagai
lembaga keuangan mikro muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi masyarakat
ekonomi bawah. BMT merupakan kepanjangan dari Baitul Maal wa baitul tanwil yang
berarti rumah dana dan rumah usaha. Kedua pengertian tersebut memiliki makna
dan dampak yang berbeda. Baitul Maal dengan segala konsekuensinya merupakan
lembaga sosial yang berdampak pada tidak adanya profit atau keuntungan material
di dalamnya, sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang karenanya
harus dapat berjalan sesuai prinsip bisnis yaitu efektif dan efisien.
Dalam
sebuah dialog yang bertemakan ‘’ Mendorong Pengembangan Ekonomi Syariah sebagai Keunggulan Daya Saing Ekonomi
Indonesia dalam Peradaban Global’’ ketua Asosiasi BMT Indonesia (Absindo),
Aries Muftie berpendapat bahwa BMT tidak takut bersaing dengan bank
syariah dalam memberikan pinjaman di sektor mikro. Pasalnya bank syariah
memiliki level yang berbeda dengan BMT dalam memberikan pinjaman. Bank tidak
mau memberi pinjaman kepada nasabah yang penghasilannya hanya 10 dolar per
hari. Sedangkan BMT masih mau memberi pinjaman kepada anggota yang penghasilannya
2 dolar per hari.
Didirikannya
BMT bertujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Menjadikan
BMT sebagai penggerak sektor riil adalah menjadikan BMT sebagai Pusat Unit
Kegiatan Masyarakat, dengan mengaktifkan dan memfungsikan 4 dimensi BMT, yaitu Dimensi
Produser (usaha mengeksploitasi sumber-sumber daya agar dapat menghasilkan
manfaat ekonomi), Konsumen (pengunaan harta secara efisien) ,
Distributor (mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen) dan Sirkulator (sarana
perdagangan ataupun tukar-menukar barang). Di mana BMT menjadi tumpuan
harapan masyarakat berkenaan dengan masalah Investasi, Distribusi, dan
Sirkulasi.
Dari
hal tersebut, maka pemerintah dianggap perlu untuk membantu dan memperbanyak
pembangunan BMT sebagai lembaga keuangan yang pro rakyat. Dari lembaga ini masyarakat tidak perlu
khawatir untuk memperoleh dana untuk memulai segala aktifitas riil mereka
sehingga mampu untuk menjadi lebih mandiri. Peran BMT yang pro rakyat inilah
yang dikatakan “ jantung ekonomi”
yang nantinya akan menyuburkembangkan perekonomian Indonesia.
No comments:
Post a Comment