BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

adsene camd

Wednesday 20 January 2016

Gafatar; Potret Kegagalan Dakwah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Oleh: Ulul Hidayat
Edisi Koran Wawasan, 20 Januari 2016
Akhir-akhir ini, Indonesia dihebohkan dengan munculnya gerakan misterius yang menyita perhatian publik. Generakan itu menamakan diri dengan Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Organisasi masyarakat ini sebenarnya bukanlah lahir baru-baru ini, melainkan sudah sejak tahun 2012 lalu, yang pertama kali dideklarasikan di Jakarta. Organisasi yang mengklaim dirinya sebagai organisasi penganut prisnsip kasih sayang dan anti kekerasan ini merupakan jelmaan dari Komunitas Millata Abraham (KOMAR) yang telah lama dibubarkan oleh MUI lantaran paham yang selama ini didakwahkan kepada masyarakat dianggap sesat. Kasus hilangnya beberapa orang belakangan ini semakin memperkuat keberadaan Gafatar. Karena gerakan ini berdokrin eksodus (hijrah) dan mengincar remaja serta kaum terpelajar sebagai mangsa.
Secara sekilas, kegiatan yang dilakukan sangat baik. Segala bentuk kegiatannya dibungkus rapi dengan  kegiatan sosial, seperti mengedepankan kasih sayang antar sesama, donor darah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Program utama dari organisasi ini juga cukup menggiurkan yaitu Ketahanan dan Kemandirian Pangan (KKP). Namun, organisasi ini tidak ada sangkut pautnya dengan organisasi keagamaan.
  Dalam website resminya, Ketua Umum Gafatar, Mahful M. Tumanurung  menyebutkan bahwa, Gafatar tak akan berevolusi menjadi organisasi keagamaan maupun politik. Masalah keagamaan bukanlah ranah kerja Gafatar. Namun sungguh aneh. Pasalnya setiap anggota yang telah bergabung dalam gerakan ini harus menandatangani sebuah surat yang menyatakan anggotanya harus meninggalkan segala bentuk kegiatan yang bersifat syariah. Seperti shalat, puasa, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada suatu misi terselubung dibalik kegiatan yang telah dilakukan yang erat kaitannya dengan agama.
Dipandang dari sisi sosial, oraganisasi ini memang sangat layak untuk diapresiasi lantaran program-program yang selama ini telah dijalankan sangat bermanfaat untuk banyak orang. Seperti, penanaman 300 bibit pohon jabon di Jombang, donor darah yang dilakukan 3 bulan sekali di RS Fatmawati, pelatihan kebencanaan dan lain sebagainya. Namun secara dakwah keagamaan, gerakan yang berlambangkan matahari terbit ini tidak bisa dibenarkan. Khususnya yang berkaitan dengan  islam.
Doktrin mereka adalah bahwa Islam adalah Dien, Bukan Agama. Mereka menganggap ritual keagamaan yang dilakukan umat islam seperti shalat, puasa, zakat, ibadah haji dan yang lain-lain tidak berguna. Tidak berhenti disitu, kesesatan mereka semakin terlihat. Mereka tidak mengakui Hadits sebagai pedoman dan menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai keturunan Fir’aun.  Atau dengan kata lain tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi. Hal seperti ini sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Tugas Siapa?
Untuk berdakwah tentang kebenaran agama islam merupakan tugas setiap muslim. Dalam Al-Quran Allah berfirman “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imron [3]: 104). Nada serupa juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya: “Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang diwajibkan atas mereka yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran engkau, adalah lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah”.
Dakwah Islam bukan hanya serangkaian kata yang diulang-ulang atau pidato agitatif (berapi-api) yang memukau. Juga bukan serentetan filsafat pemikiran yang menerawang, namun tidak pernah melahirkan satu realita pun dalam kehidupan. Tapi dakwah Islam adalah dakwah yang bersifat amaliah, mewujudkan sosok gerakan keteladanan, menjanjikan satu jaminan kepercayaan kepada umat manusia tentang apa yang didambakan jiwa dan apa yang dipandang oleh akal dan rohani sebagai ketenteraman dan ketenangan batin, petunjuk dan nilai kebenaran serta kebaikan.
Melihat realita dewasa ini, semangat para Da’i atau cendekiawan muslim dalam mensyiarkan agama islam semakin mengendor. Lebih miris lagi, pemahaman terhadap agama tidak komprehenship, sehingga dampaknya fatal. Hal ini banyak terdengar di mesjid-mesjid dalam pidato-pidato para da’i kekinian. Mayoritas dakwah mereka cenderung berisikan hal-hal yang bersifat balasan buruk di akhirat (azab atau siksa neraka) dari pada yang baik-baik.
Doktrin seperti inilah yang kerap kali dipahami keliru oleh masyarakat. Didukung dengan isu-isu terorisme yang mengatas namakan islam. Akibatnya, Islam yang merupakan agama damai berubah menjadi agama yang menakutkan sehingga memberatkan bagi pemeluk-pemeluknya.
Disamping itu, masyarakat jarang mendapat pendampingan yang konsisten dari para cendekiawan muslim untuk memahami agama lebih dalam. Ibarat orang memancing, ikan hasil tangkapannya dibiarkan mati dan membusuk begitu saja. Inilah potret yang kerap kali terjadi disekeiling kita. Jika demikian, maka tidak salah jika muncul doktrin baru yang lebih mudah dan menyenangkan dan ditambah dengan dalil yang dipelesetkan pemahannya sebagai bumbu,  masyarakat lebih tertarik untuk mengikutinya.
Salah Siapa?
            Kasus munculnya gerakan-gerakan menyimpang dari nilai-nilai agama merukan potret kegagalan dakwah. Jika terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan di masa mendatang akan muncul gerakan-gerakan baru yang lebih ekstrim. Hal ini tentu sangat menggaggu terhadap keseimbangan negara, masyarakat, khususnya masyarakat muslim.
            Oleh sebab itu, dengan fenomena Gerakan Fajar Nusantara belakangan ini cukup menjadi pecut semangat bagi para da’i dan cendekiawan islam untuk terus berdakwah dan memberikan pendampingan bagi setiap orang yang belum memahami ajaran agama secara mendalam. Karena tugas da’i adalah menyampaikan kebenaran, mengajak manusia ke jalan Allah.  Dengan demikian, tugas kenabian yang diemban sebagai pensyiar islam semakin berat.
                Terlepas dari itu semua, tugas menyampaikan kebenaran Islam, tidak mutlak hanya menjadi tugas mereka yang digelari ulama, guru ngaji, guru agama, dan dosen agama saja, melainkan siapa saja yang mengetahui kebenaran, wajib menyampaìkan pada yang lain.
Wallahu A’lam bi ash-Shawab  


No comments:

Post a Comment

Baca Juga