BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

adsene camd

Friday 1 January 2016

Dekadensi Spirit Jamaah Pemuda

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Pemuda merupakan aset bangsa yang paling berharga. Sebab, tingkat kemajuan suatu Negara sangat dipengaruhi oleh para pemuda.  Dalam sebuah stetmennya, Soekarno pernah mengatakan “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”. Dr. Yusuf Qardhawi, mengibaratkan pemuda sebagai matahari yang bersinar paling terang dan paling panas pada siang hari. Pemuda juga memiliki potensi yang luar biasa seperti dinamit yang jika diledakkan akan menimbulkan kekuatan yang dahsyat dan super mega. Di satu sisi, pemuda disebut sebagai tenaga produktif yang mampu membangun negaranya mencapai masyarakat yang sejahtera dan berdaulat.
Kita perlu mengingat kembali, peristiwa-peristiwa fenomenal yang diprakarsai oleh kaum muda. Seperti Rengasdenglok, gerakan mahasiswa 1966 dan gerakan pemuda 1998. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda memegang kunci penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Lebih dari itu, pemuda memiliki semangat yang lebih besar dibandingkan orang tua serta  memiliki kekuatan fisik yang lebih kuat dibandingkan anak kecil.
Di Indonesia, jumlah SDM yang tergolong dalam kategori pemuda sangat banyak. Berdasarkan UU Kepemudaan No.40 Tahun 2009, kategori usia pemuda dimulai dari 16 – 30 tahun. Sementara berdasarkan data dari Bappenas, jumlah pemuda tahun 2014 mencapai 62,2 juta jiwa.  Dengan jumlah yang demikian itu, seharusnya Indonesia sudah menjadi Negara yang sejahtera. Namun faktanya tidak demikian.
Pemuda Masa Kini
Dibandingkan dengan pemuda masa lalu, pemuda masa kini banyak mengalami dekradasi. Baik dari segi intelektualitas, kreatifitas ataupun produktifitas. Akibatnya, Indonesia sebagai salah satu negara kaya dengan SDA dan SDM masih belum terbilang sejahtera. Terbukti pengangguran semakin menjamur dan tingkat kemiskinan semakin meningkat. Salah satu faktornya adalah “pemuda”. Padahal peran pemuda sangat diperlukan sebagai regenererasi untuk mewujudkan dan melanjutkan cita-cita bangsa yang telah diperjuangkan oleh pejuang masa lalu.
Kita sering dibuat sedih dengan fakta para pemuda Indonesia saat ini. Semangat mengisi kemerdekaan mereka sangat rendah, bahkan tidak ada. Prilaku-prilaku menyimpang banyak dipertontonkan. Tawuran antar pelajar menjadi hal yang lumrah setiap hari, perjudian meraja-lela, narkoba menjadi sajian hangat layar televisi, mabuk-mabukan, seks bebas, dan lain sebagainya yang merugikan diri sendiri dan meresahkan masyarakat.
Hakikatnya, masalah tentang pemuda masa kini, bukan hanya disebabkan karena emosi semata. Namun juga tingkat egoisme yang tinggi dan asyik dengan diri sendiri tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Di kota-kota metropolitan, kita akan banyak menyaksikan keluarga yang tidak kenal dengan tetangga terdekatnya. Ini menunjukkan bahwa tingkat kebersamaan antar sesama manusia dikota-kota besar sangat minim.
 Terlebih dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Kecenderungan menggunakan handphone dan sejenisnya. Hal ini berdampak pada minimnya kreatifitas dan produktifitas. Misalnya, waktu yang biasanya digunakan untuk belajar diganti untuk bermain-main dengan hp, laptop dan lainnya. Seakan-akan tanpa alat-alat tersebut kita tidak bisa berbuat hal yang bermanfaat.
Pola hidup demikian menjadikan pemuda manja dan terlena dengan hal-hal yang mudah (instan). Akibatnya, mereka secara tidak sadar telah menjerumuskan diri mereka sendiri kepada hal-hal yang negatif; hura-hura, pesta-pora bahkan obat- obat terlarang.
Perlu diketahui bahwa untuk membangun sebuah negeri yang berkelanjutan, kita tidak bisa  berjuang seorang diri atau kelompok sendiri. Perlu adanya jamaah. Ibarat sapau lidi. Jika hanya satu lidi saja maka mustahil bisa membersihkan sampah yang banyak. Sebaliknya, jika terdiri dari beberapa lidi dan diikat menjadi satu kesatuan, maka sampah sebanyak apapun akan bisa diatasi. Begitupun sebuah Negara.



Spirit Jamaah
Oleh sebab itu, untuk membangun negeri ini hendaknya terlebih dahulu mengembalikan ‘’spirit jamaah’’ para pemuda. Kata jamaah merupakan kata yang lumrah disebutkan di Indonesia. Istilah Jamaah identik dengan kelompok atau kumpulan orang yang beribadah. Misalkan jamaah dhuhur, jamaah ashar dan lain sebagainya.
Sebenarnya, arti jamaah telah terkandung dalan dasar Negara Indonesia yaitu Pncasila sila ke-3. Hal ini mengindikasikan bahwa sejak awal republik ini merdeka, masalah jamaah menjadi hal perting yang harus dijaga.
Semangat jamaah dalam bingkai perjuangan harus merupakan pemahaman yang jelas dan utuh. Persatuan dan kesatuan serta perjuangan bersama harus dimaknai sebagai kesamaan semangat perjuangan. Meskipun terdiri dari berbagai elemen yang berbeda, namun tidak menghilangkan identitas asli masing-masing elemen.
Selain itu, semangat jamaah juga mampu melahirkan pribadi – pribadi yang disiplin. Sebab satu kelompok dengan keompok yang lain akan saling terkait. Jika ada satu kelompok yang stagnan bahkan degradasi, maka akan mempengaruhi terhadap kelompok yang lainnya. Itulah sebabnya semangat jamaah ini harus dipupuk lebih dulu untuk mengembalikan semagat juang para pemuda.
Dengan demikian, kreatifitas dan produktifitas pemuda akan kembali berkobar sehingga mampu membawa bangsa Indonesia kepada lebih baik.
Wallahu a’lam bi al-shawab.


No comments:

Post a Comment

Baca Juga