Pemuda merupakan aset bangsa yang paling
berharga. Sebab, tingkat kemajuan suatu Negara sangat dipengaruhi oleh para
pemuda. Dalam sebuah stetmennya,
Soekarno pernah mengatakan “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku
guncangkan dunia”. Dr. Yusuf Qardhawi, mengibaratkan pemuda sebagai matahari
yang bersinar paling terang dan paling panas pada siang hari. Pemuda juga
memiliki potensi yang luar biasa seperti dinamit yang jika diledakkan akan
menimbulkan kekuatan yang dahsyat dan super mega. Di satu sisi, pemuda disebut
sebagai tenaga produktif yang mampu membangun negaranya mencapai masyarakat
yang sejahtera dan berdaulat.
Kita perlu mengingat kembali,
peristiwa-peristiwa fenomenal yang diprakarsai oleh kaum muda. Seperti
Rengasdenglok, gerakan mahasiswa 1966 dan gerakan pemuda 1998. Hal ini
menunjukkan bahwa pemuda memegang kunci penting dalam perjalanan sejarah
bangsa. Lebih dari itu, pemuda memiliki semangat yang lebih besar dibandingkan
orang tua serta memiliki kekuatan fisik
yang lebih kuat dibandingkan anak kecil.
Di Indonesia, jumlah SDM yang tergolong
dalam kategori pemuda sangat banyak. Berdasarkan UU Kepemudaan No.40 Tahun
2009, kategori usia pemuda dimulai dari 16 – 30 tahun. Sementara berdasarkan
data dari Bappenas, jumlah pemuda tahun 2014 mencapai 62,2 juta jiwa. Dengan jumlah yang demikian itu, seharusnya
Indonesia sudah menjadi Negara yang sejahtera. Namun faktanya tidak demikian.
Pemuda Masa Kini
Dibandingkan dengan pemuda masa lalu,
pemuda masa kini banyak mengalami dekradasi. Baik dari segi intelektualitas, kreatifitas
ataupun produktifitas. Akibatnya, Indonesia sebagai salah satu negara kaya
dengan SDA dan SDM masih belum terbilang sejahtera. Terbukti
pengangguran semakin menjamur dan tingkat kemiskinan semakin
meningkat. Salah satu faktornya adalah “pemuda”. Padahal peran pemuda sangat diperlukan
sebagai regenererasi untuk mewujudkan dan melanjutkan cita-cita bangsa yang
telah diperjuangkan oleh pejuang masa lalu.
Kita sering dibuat sedih dengan fakta
para pemuda Indonesia saat ini. Semangat mengisi kemerdekaan mereka sangat
rendah, bahkan tidak ada. Prilaku-prilaku menyimpang banyak dipertontonkan. Tawuran
antar pelajar menjadi hal yang lumrah setiap hari, perjudian meraja-lela,
narkoba menjadi sajian hangat layar televisi, mabuk-mabukan, seks bebas, dan
lain sebagainya yang merugikan diri sendiri dan meresahkan masyarakat.
Hakikatnya, masalah tentang pemuda masa
kini, bukan hanya disebabkan karena emosi semata. Namun juga tingkat egoisme yang
tinggi dan asyik dengan diri sendiri tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Di
kota-kota metropolitan, kita akan banyak menyaksikan keluarga yang tidak kenal
dengan tetangga terdekatnya. Ini menunjukkan bahwa tingkat kebersamaan antar
sesama manusia dikota-kota besar sangat minim.
Terlebih dengan perkembangan teknologi informasi
yang semakin pesat. Kecenderungan menggunakan handphone dan
sejenisnya. Hal ini berdampak pada minimnya kreatifitas dan produktifitas. Misalnya,
waktu yang biasanya digunakan untuk belajar diganti untuk bermain-main dengan
hp, laptop dan lainnya. Seakan-akan tanpa alat-alat tersebut kita tidak bisa
berbuat hal yang bermanfaat.
Pola hidup demikian menjadikan pemuda
manja dan terlena dengan hal-hal yang mudah (instan). Akibatnya, mereka secara
tidak sadar telah menjerumuskan diri mereka sendiri kepada hal-hal yang
negatif; hura-hura, pesta-pora bahkan obat- obat terlarang.
Perlu diketahui bahwa untuk
membangun sebuah negeri yang berkelanjutan, kita tidak bisa berjuang seorang diri atau kelompok sendiri. Perlu adanya jamaah. Ibarat
sapau lidi. Jika hanya satu lidi saja maka mustahil bisa membersihkan sampah
yang banyak. Sebaliknya, jika terdiri dari beberapa lidi dan diikat menjadi
satu kesatuan, maka sampah sebanyak apapun akan bisa diatasi. Begitupun sebuah
Negara.
Spirit Jamaah
Oleh sebab itu, untuk membangun negeri
ini hendaknya terlebih dahulu mengembalikan ‘’spirit jamaah’’ para pemuda. Kata
jamaah merupakan kata yang lumrah disebutkan di Indonesia. Istilah Jamaah
identik dengan kelompok atau kumpulan orang yang beribadah.
Misalkan jamaah dhuhur, jamaah ashar dan lain sebagainya.
Sebenarnya, arti jamaah telah terkandung
dalan dasar Negara Indonesia yaitu Pncasila sila ke-3. Hal ini mengindikasikan
bahwa sejak awal republik ini merdeka, masalah jamaah menjadi hal perting yang
harus dijaga.
Semangat jamaah dalam bingkai perjuangan
harus merupakan pemahaman yang jelas dan utuh. Persatuan dan kesatuan serta
perjuangan bersama harus dimaknai sebagai kesamaan semangat perjuangan.
Meskipun terdiri dari berbagai elemen yang berbeda, namun tidak menghilangkan
identitas asli masing-masing elemen.
Selain itu, semangat jamaah juga mampu
melahirkan pribadi – pribadi yang disiplin. Sebab satu kelompok dengan keompok
yang lain akan saling terkait. Jika ada satu kelompok yang stagnan bahkan degradasi, maka akan mempengaruhi
terhadap kelompok yang lainnya. Itulah sebabnya semangat jamaah ini harus
dipupuk lebih dulu untuk mengembalikan semagat juang para pemuda.
Dengan demikian, kreatifitas dan
produktifitas pemuda akan kembali berkobar sehingga mampu membawa bangsa
Indonesia kepada lebih baik.
Wallahu a’lam bi al-shawab.
No comments:
Post a Comment